Bentrok antawarga Kelurahan Nunu, Kecamatan Palu Barat dan
Kelurahan Tavanjuka, Palu Selatan, Sulawesi Tengah sudah berlangsung
puluhan tahun lamanya. Namun hingga kini tak juga usai.
Kamis, 5 April 2012, sekitar pukul 15.30 Waktu Indonesia Tengah
bentrokan kembali terjadi. Ratusan warga dari dua kelurahan baku serang
dengan pelbagai macam senjata. Panah, parang, tombak, senjata api
rakitan dan senapan angin ditenteng oleh kedua belah pihak. Moncongnya
masih terus panas. Sebanyak 11 rumah warga di Kelurahan Boyaoge dan
Kelurahan Nunu, Kecamatan Palu Barat dirusak dan dibakar. Amuk masih
menyala.
Ratusan aparat gabungan dari pelbagai kesatuan, termasuk satuan
tempur Brigade Mobil terjun ke lokasi membubarkan warga, menghentikan
bentrokan. Satuan tempur TNI Angkatan Darat dari Batalyon Infanteri 711
Raksatama Palu juga terlibat. Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
Dewa Parsana, Kepala Kepolisian Resor Palu AKBP Ahmad Ramadhan, Komandan
Kodim 1306 Donggala Letnal Kolonel (CZI) Rudi Wahjudiono terjun
langsung di lapangan memegang komando. Namun bentrokan terus menyala
juga.
Kamis (5/4/2012) sekira pukul 10.30 Waktu Indonesia Tengah tadi juga,
jenazah Ruflan, warga Tavanjuka, yang menjadi korban bentrokan pada
Rabu (4/4/2012) sehari sebelumnya telah dimakamkan. Pada Rabu itu,
sebanyak enam rumah dan dua unit sepeda motor dibakar.
Tindakan represif dari aparat sudah dilakukan. Salakan tembakan
peringatan, lontaran gas air mata sudah dilepaskan. Tapi warga masih
penuh amarah.
Dari catatan yang ada diketahui konflik antarwarga ini sudah
berlangsung sejak 1968. Namun tidak diketahui pasti apa pemicunya. Pada
tahun-tahun 1990-an bentrokan juga memakan korban jiwa.
Pada Minggu (16/12/2007) tercatat lima rumah dan enam sepeda motor
dibakar. Puluhan warga luka-luka, mulai dari luka ringan hingga luka
berat. Mereka terkena panah, senjata api rakitan dan senapan angin.
Tiga tahun setelahnya, pada Jumat (23/12/2011) dinihari bentrokan
antarwarga dua kelurahan itu kembali terjadi. Sebanyak enam warga dan
seorang Polisi terluka. Ada pula warga yang kritis.
Lalu pada Sabtu (7/1/2012) bentrokan kembali pecah. Satu warga tewas
dan belasan lainnya terluka. Dua rumah warga dan dua unit sepeda motor
juga terbakar. Amarah masih terus menyala setelah itu.
Sabtu (14/1/2012) ratusan senjata yang dipakai oleh kedua kelompok
warga diserahkan kepada aparat keamanan. Bentrokan sudah usai? Belum
ternyata. Amarah masih terus menyala.
Upaya-upaya perdamaian terus dilakukan. Difasilitasi Pemerintah Kota
Palu dan sejumlah lembaga nonpemerintah juga kalangan kampus Universitas
Tadulako, tapi ternyata amarah masih menyala.
Wakil Walikota Palu H Rusdi Mastura patah arang. Ia marah. Warga sama
sekali tidak menghargainya, sementara biasanya warga dari dua kelurahan
ini kerap bertemu dirinya mengadukan banyak masalah mereka, termasuk
bagaimana menyelesaikan konflik di antara mereka. Namun, justru mereka
sendirilah yang selalu bertikai.
Menurut Walikota yang populis itu, jika masalahnya adalah ketiadaan
lapangan kerja, maka semuanya telah diantisipasi. Dalam waktu tidak
terlalu lama, beberapa proyek padat karya akan diarahkan ke wilayah
konflik ini. Tentu saja akan melibatkan tenaga kerja setempat.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Dewa
Parsana punya cara lain. Ia menyarakan dibangunnya Forum Keamanan Desa
atau Badan Keamanan Desa. Sebuah sistim keamanan lingkungan yang
diperbarui dengan melibatkan Polisi, masyarakat, Satuan Polisi Pamong
Praja dan pihak-pihak lain di suatu wilayah. Parsana berharap ini akan
menjadi cikal bakal terciptanya keamanan dan ketertiban wilayah.
Pengusaha kesohor di Palu, Sulawesi Tengah, anggota Kamar Dagang dan
Industri (KADIN) Indonesia Hasyim Hadado lalu menyahutinya dengan
membangun sebuah pos sistim keamanan lingkungan yang diberinya nama
Anuta, akronim dari Anak Nunu-Tavanjuka.
Sejatinya, semua upaya sudah dilakukan, namun bentrok demi bentrok
masih saja terjadi. Semua pihak mesti duduk lagi satu meja dengan kepala
dan hati dingin agar konflik ini tidak terwariskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar